Saint Mary's Way
Bayu Saputra
--------------------------------------------------------------
1. SEE
Pada tanggal 11 Oktober 2025, kami berangkat menuju Panti Wreda untuk melaksanakan tugas Saint Mary’s Way. Perjalanan dimulai lebih awal karena kami ingin memastikan agar semuanya dapat berjalan lancar dan tidak ada kekurangan yang bisa menghambat kegiatan. Sesampainya disana, suasana pagi terasa tenang, namun kami tetap merasa sedikit gugup karena ini adalah salah satu kegiatan pelayanan yang cukup penting. Sebelum jam menunjukkan pukul 9 pagi, beberapa anggota kelompok sudah hadir dan menunggu anggota lainnya yang masih di perjalanan. Sambil menunggu, kami berdiskusi mengenai alur kegiatan yang sudah kami rencanakan sebelumnya. Ada yang mengecek perlengkapan, ada yang mengatur urutan acara, dan ada juga yang sekadar memastikan bahwa semua anggota memahami peran masing-masing.
Ketika waktu menunjukkan pukul 9, kami dipersilakan masuk ke dalam aula Panti Wreda. Para petugas menyambut kami dengan ramah dan memberikan arahan singkat tentang tata tertib selama kegiatan berlangsung. Kami segera menata kursi, menyiapkan sound system, dan menyusun perlengkapan lain yang diperlukan. Acara dimulai dengan sambutan dari Ibu Maria dan Bapak Sigit, yang memberikan ucapan selamat datang serta harapan agar kegiatan ini dapat berjalan dengan penuh sukacita. Setelah sambutan, kami melanjutkan dengan sesi menyanyi bersama untuk mencairkan suasana agar para oma merasa lebih nyaman. Suara mereka yang lembut namun penuh semangat membuat ruangan terasa hangat.
Setelah sesi menyanyi selesai, doa pembuka dipanjatkan bersama. Doa tersebut menjadi awal dari kegiatan pelayanan kami hari itu. Setelah doa, saya mendapatkan kesempatan mendampingi seorang oma bernama Oma Tutik. Dia berasal asli dari Bandung dan berusia sekitar 80-an, namun semangat dan senyumnya membuat suasana terasa hidup. Oma Tutik dengan cepat membuat saya merasa nyaman, dan saya mulai berbincang tentang sedikit pengalaman hidupnya Oma Tutik.
Kami kemudian melanjutkan kegiatan pertama yaitu permainan oper bola. Para oma duduk dan kami memainkan musik sebagai tanda bola harus dioper terus menerus. Ketika musik berhenti, oma yang memegang bola harus menceritakan kenangan masa mudanya. Di sinilah suasana benar-benar cair. Banyak oma yang bercerita tentang masa muda yang penuh warna, ada yang bercerita tentang masa sekolah, ada yang bercerita tentang pertemanan mereka dengan seseorang, bahkan ada yang membagikan cerita tentang dirinya yang berasal dari Kroasia dan terbang ke Bandung dan berakhir di Panti Wreda. Tawa, senyum, dan bahkan sedikit air mata hadir dalam permainan tersebut. Kami yang membantu merasa sangat tersentuh melihat bagaimana kenangan mereka begitu berarti.
Setelah permainan selesai, kami melanjutkan dengan membagikan roti kukus kepada para oma. Saya sempat ingin membantu menyuapi Oma Tutik, namun ketika saya menyodorkan roti, Oma Tutik tersenyum dan berkata bahwa dia masih bisa makan sendiri. Saya pun membiarkan dia menikmati roti tersebut walaupun dia tidak bisa menyelesaikan roti itu sepenuhnya, kami pun terus berbincang ringan hingga dia selesai memakan roti tersebut. Selesai dengan roti, kami membagikan potongan buah-buahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan saya turut membagikan buah-buah tersebut kepada oma-oma tersebut. Para oma menyambutnya dengan senang. Oma Tutik mengatakan bahwa buahnya terasa manis dan segar.
Berikutnya, kami memainkan permainan kedua yaitu “Kembali ke Masa Lalu”. Setiap oma diberikan kartu yang berisi pertanyaan tentang pengalaman hidup mereka. Ketika mereka menjawab, kami mendengarkan dengan penuh perhatian. Dari permainan ini, kami belajar banyak hal, ada oma yang bercerita tentang perjuangan hidupnya, ada yang menceritakan latar belakang dari dirinya, ada yang pernah mengobrol dengan banyak sekali teman yang suka berjalan-jalan terutama ke luar negeri hingga oma tersebut tahu bagaimana rasanya hidup di berbagai negara, bahkan ada oma yang ternyata memiliki kisah perjalanan hidup yang berawal dari Eropa, lebih spesifiknya Kroasia. Setiap cerita memberikan pelajaran baru bagi kami tentang kehidupan dan kesabaran.
Kegiatan kemudian diakhiri dengan doa penutup. Ketika melihat jam, kami tidak sadar bahwa jam sudah menunjukkan pukul 12 siang. Waktu terasa berjalan sangat cepat karena suasana yang begitu menyenangkan. Kami berpamitan kepada para oma, menerima pelukan, jabat tangan, dan ucapan terima kasih dari mereka. Ada rasa haru dan bahagia sekaligus sedikit sedih karena kebersamaan ini terasa singkat. Namun saya pulang membawa banyak pelajaran berharga serta rasa syukur karena dapat meluangkan waktu untuk memberikan kebahagiaan kepada orang lain.
Posting Komentar